Cerpen Tentang Sumpah Muda
28 Oktober 1928 Sumpah pemuda dan jalan menuju Revolusi Kemerdekaan.
Hendrikus Colijn mantan Menteri Urusan Daerah Jajahan, kemudian Perdana Menteri
Belanda. Veteran perang Aceh dan bekas ajudan Gubernur Jenderal van Heutz.
Sekitar tahun 1927 – 1928, pernah mengeluarkan pamflet yang menyebut Kesatuan
Indonesia sebagai suatu konsep kosong. Katanya, masing-masing pulau dan daerah
Indonesia ini adalah etnis yang terpisah-pisah sehingga masa depan jajahan ini
tak mungkin tanpa dibagi dalam wilayah-wilayah.[1]
Bukan suatu kebetulan, bahwa pernyataan Colijn tersebut memunculkan Kongres
Pemuda yang kedua pada tgl 28 Oktober 1928 di Batavia, dimana diikrarkan Satu
Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Peristiwa ini kita kenang sebagai hari
Sumpah Pemuda.
Sejak tahun 1915 telah berdiri sejumlah besar organisasi kepemudaan bersifat
kedaerahan, seperti Tri Koro Darmo yang kemudian menjadi Jong Java (1915), Jong
Sumatranen Bond (1917), Jong Islamieten bond (1924), Jong Batak, Jong Minahasa,
Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun dan Pemuda Kaum Betawi. Namun semua
organisasi tersebut bersifat kedaerahan dan kelompok khusus. Yang mungkin
sedikit berbeda adalah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang
berdiri setelah selesai Kongres Pemuda I pada tahun 1926. PPPI merupakan wadah
pemuda nasionalis radikal non kedaerahan. Tokoh-tokohnya adalah Sigit [2],
Soegondo Djojopoespito, Suwirjo, S. Reksodipoetro, Muhammad Yamin, A. K Gani,
Tamzil, Soenarko, Soemanang, dan Amir Sjarifudin. Atas prakarsa PPPI kongres ke
II diadakan.
Dalam penerbitan P.I (koran Pemoeda Indonesia) no 8 tahun 1928, terdapat artikel dengan judul “KERAPATAN PEMOEDA-PEMOEDA
INDONESIA”. Disitu dijelaskan :
sebagaimana yang telah diwartakan dalam P.I
no.6 dan 7, di Jacatra telah diadakan kerapatan besar Pemoeda-pemoeda Indonesia
pada tanggal 27 dan 28 Oktober. Pimpinan kerapatan ialah terdiri dari
wakil-wakil, Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia, Pemoeda Indonesia, Pemoeda
Soematera, Jong Java, Jong Celebes, Jong Batak Pemoeda Kaum Betawi, Jong
Islamieten Bond (JIB) dan Sekar Roekoen. Selanjutnya juga diberitakan bahwa kerapatan
dikunjungi beratus-ratus orang, dimana bagi siapa yang menyaksikan sendiri akan
berbesar hati karena pemoeda-pemoeda kita bukan baru mencita-citakan saja, tapi
telah tegak berdiri dipusat persatuan dan kebangsaan . Dalam kesempatan inipun
telah diperdengarkan untuk pertama kali kepada umum oleh Pemoeda
W.R.Soepratman, lagu INDONESIA RAJA
[3].
Dalam POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDI
INDONESIA, tercatat bahwa
Poetra dan Poetri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia.
Poetra dan Poetri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Poetra
dan Poetri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sebagai
realisasi penyatuan ini, pada tanggal 31 Desember 1930 jam 12 malam, Jong Java,
Perhimpunan Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Pemoeda Soematra (awalnya bernama
Jong Sumatranen Bond) telah berfusi menjadi satu dan membentuk Perkoempoelan “INDONESIA
MOEDA”.
Para
anggota panitia Kongres Pemuda ke II [4] terdiri dari pemuda-pemudi Indonesia
yang dikemudian hari amat berperan dalam gerakan pemuda yang memperjuangkan
kebangsaan dan kemerdekaan. Diantaranya terdapat nama, Soegondo Djojopoespito
dari PPPI (ketua), Djoko Marsaid dari Jong Java (wakil ketua), Muhammad Yamin
dari Jong Sumatranen Bond (Sekretaris), Amir Sjarifudin dari Jong Sumatranen
Bond (bendahara), Djohan Mu.Tjai dari Jong Islamieten Bond. Kontjosoengkoeno
dari P.I, Senduk dari Jong Celebes, J.Lemeina dari Jong Ambon dan Rohyani dari
Pemoeda Kaum Betawi. Panitia didukung tokoh-tokoh senior seperti Mr.Sartono,
Mr.Muh Nazif, A.I.Z Mononutu, Mr.Soenario. Dalam kongres ikut berbicara
tokoh-tokoh besar kebangsaan lainnya seperti S. Mangoensarkoro, Ki Hadjar
Dewantoro dan Djokosarwono .
Hadir
sebagai undangan sekitar 750 orang dimana terdapat nama-nama yang kemudian
terkenal seperti Kartakusumah (PNI Bandung), Abdulrachman (B.O Jakarta), Karto
Soewirjo (P.B Sarekat Islam), Muh. Roem, Soewirjo, Sumanang, Masdani, Anwari,
Tamzil, AK Gani, Kasman Singodimedjo, Saerun (wartawan Keng Po), WR Supratman.
Dari Volksraad yang hadir adalah Soerjono dan Soekawati dan dari pihak
Pemerintah Hindia Belanda yang hadir adalah Dr.Pyper dan Van der Plas [5].
Jelas
bahwa kongres pemuda ke II dimana diikrarkan Sumpah Pemuda bukan pekerjaan
dalam sedikit waktu saja, dan terang juga bukan hasil usaha dari beberapa
gelintir orang saja[6]. Hal ini merupakan perjuangan panjang sejak Kebangkitan
Nasional 20 Mei 1908. Bahkan ada sebuah peristiwa lainnya yaitu ketika tahun
1904 Dr A,Rivai lulus ujian dokter sebagai Nederland Arts di Utrecht Belanda, pupus
sudahlah anggapan jelek bahwa bangsa Indonesia itu “Laksheid”. Kata ini amat
sakit didengar karena berarti pemalas, tidak punya kemauan bekerja atau berbuat
sesuatu.
Setelah
Indonesia muda terbentuk, berarti pemuda Indonesia memiliki organisasi kepemudaan
nasional yang solid, kuat dan bercita-cita menuju kemerdekaan yang lebih pasti.
Anggota IM terdiri dari semua pemuda seperti anak-anak SLP, SLA, sekolah
khusus, kejuruan sederajat dan mahasiswa. Sejak tahun 1931 kongres demi kongres
diadakan sehingga lebih menampakkan eksistensinya. Nyatanya memang IM tidak
berafiliasi dengan partai politik.
Sejarah
kemudian membuktikan bahwa modal kejuangan diatas amat penting artinya pasca
penjajahan Jepang (1942-1945), dimana api Revolusi Kemerdekaan mulai dinyalakan
dengan kesadaran adanya kesatuan dan persatuan kebangsaan yang bermotifkan
pantang untuk dijajah kembali oleh kekuatan asing apapun bentuknya. Proklamasi
Kemerdekaan mengawali "Revolusi Pemoeda", dan berahir ketika penjajah
terahir di Indonesia yaitu Imperium Belanda menyatakan pengakuannya pada
Kemerdekaan Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949. Tidak
sampai 1 tahun kemudian, RIS bubar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk kembali pada tanggal 17 Agustus 1950.
Sumpah Pemuda
Sumpah
Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia
atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal
ini kemudian diperingati sebagai "Hari Sumpah Pemuda".
Quote:
ISI
PERTAMA.“Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.”
KEDOEA. “Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.”
KETIGA. “Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.”
Kongres Pemuda II
Gagasan
penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh
Indonesia.
Atas
inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi
dalam tiga kali rapat.
Rapat
pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, ketua PPI Soegondo Djojopuspito berharap
kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat
persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.Rapat
kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah
pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro,
berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada
keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik
secara demokratis.
Pada
sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi
selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan
tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini
mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam
perjuangan.
Sebelum
kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage
Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta
kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para
pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.
Peserta
Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond.
Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond.
Museum
Di Gedung Sekretariat PPI di Jalan Kramat Raya 106, tempat diputuskannya rencana Kongres Pemuda Kedua saat ini dijadikan Museum Sumpah Pemuda.